Sabtu, 15 Oktober 2016

TRAVELING PERDANA KE PULAU SERIBU (Bagian 1): Petualangan seru berburu kapal menuju pulau Pramuka



Sebetulnya trip ini sudah lama. Karena  ngeblognya baru sekarang , gak papa ya baru diposting.
Saat libur Lebaran tahun 2012 kami sekeluarga (saya bersama suami dan anak saya) memutuskan berlibur ke kepulauan Seribu. Lebih tepatnya ke Pulau Pramuka dan sekitarnya.  Anak pertama saya, Abe waktu itu berumur 4 tahun, masih duduk di bangku kelas Kelompok Bermain/play group.
Pagi-pagi buta kami berangkat dari rumah menuju Pelabuhan Muara Angke, sekitar jam 3 pagi dengan menggunakan taksi yang sudah kami pesan. Dalam kondisi masih tidur pulas, Abe kami angkat.  Perjalanan  cukup lancar, karena lalu lintas Jakarta belum macet.
Ini adalah  pengalaman pertama untuk saya ke Pulau Seribu. Rencananya kami mau naik kapal Ferry Cepat milik Departemen Perhubungan (namanya KM Kerapu) . Kalau tidak salah waktu itu tiketnya 50ribu rupiah saja per orang (anak kecil juga dihitung).
Betapa kagetnya saya, sesampainya di Pelabuhan ternyata sudah banyak sekali calon penumpang yang antre kapal. Karena loket belum dibuka, tas mereka diletakkan berbaris di depan loket. Sedangkan orang-orangnya sendiri sebagian besar menunggu sambil tidur.

Ternyata oh ternyata, sebagian besar dari mereka sudah antre sejak malam, jadi mereka menginap di pelabuhan. Tiket kapal harus dibeli langsung, tidak bisa sistem pesan dulu, jadi pantas saja ya calon penumpang berjubel di pelabuhan.  Sedangkan dalam 1 kapal hanya memuat sedikit penumpang, dan jumlah kapal terbatas.

Sambil menunggu, Abe juga masih tidur pulas. Kami menggelar matras yang sengaja kami bawa, lalu kami tidurkan Abe di matras itu, supaya tidurnya lebih nyaman. Bersyukur dia tidak rewel, dia sangat menikmati petualangan ini.

Sampai sekitar jam 9 pagi kami belum juga berhasil mendapatkan kapal, akhirnya suami saya mengusulkan bagaimana kalau kita naik kapal kayu saja. Perjalanan dengan kapal kayu estimasi waktunya paling cepat sekitar 3 jam, sedangkan bila dengan ferry cepat paling lama 1,5 jam. Saya mengikuti saran tersebut, mengingat waktu sudah semakin siang, dan kami belum ada kejelasan juga.

Kami bertiga akhirnya berjalan kaki menuju dermaga kapal kayu. Kami  berjalan menyusuri pemukiman nelayan yang cukup padat, dan dengan jalanan yang cukup becek dan lumpur. Bagi kami ini petualangan yang sangat seru, apalagi Abe menikmati sekali. Walaupun sandal dan celananya harus kotor kena lumpur, dia malah senang. Akhirnya baju Abe saya gantikan yang bersih, biar dia lebih nyaman.

Sampai di Dermaga, ternyata baru saja ada kapal kayu yang berangkat. Yah telat sekian menit deh kami. Tapi ya sudahlah gak masalah, yang penting kami sudah dapat kapal. Kapal kayu ini bisa memuat orang banyak sekali. Baru akan berangkat kalau kuota sudah terpenuhi. Karena kalau tidak, pemilik kapal akan merugi di bahan bakar. Tarif kapal ini lebih murah yaitu hanya 35 ribu rupiah saja per orang, anak kecil tidak dihitung. Bayarnya langsung ke pihak pemilik kapal (jadi tidak ada model loket seperti KM Kerapu).

Lama sekali kami menunggu kapal untuk berangkat. Untungnya Abe menikmati juga. Dia malah senang, karena bisa bermain kemudi kapal. Dia membayangkan jadi nahkoda, seperti di film kartun yang suka dia tonton. Dia girang banget bisa memegang kemudi kapal sungguhan.


Waktu menunjukkkan hampir pukul 11 siang, kapal belum ada tanda-tanda akan berangkat. Para penumpang sudah mulai sewot, apalagi setelah pihak pemilik kapal mengatakan bahwa kuota masih kurang. Bisa diberangkatkan asal kami mau bayar lebih, tidak sesuai tarif. Kalau mau kami harus membayar Rp 50.000,- per orang. Sebagian besar dari kami termasuk saya dan suami saya menyetujui. Tidak masalah cuma selisih sedikit, yang penting kapal segera diberangkatkan, agar waktu yang ada tidak terbuang sia-sia. Akhirnya kata sepakatpun di dapat.

Tara.......,lega sekali ketika kapal sudah mulai jalan.

 Dari pengalaman ini, saya bisa mengambil satu hikmah. Yaitu bila kami mau berhemat dan tidak buang waktu banyak, kalau akan menyeberang ke kepulauan seribu, lebih baik langsung menuju dermaga kapal kayu saja. Karena kemungkinan untuk terangkutnya lebih besar.


2 komentar:

  1. Aaaaa jd pengenn ke pulau jugaa ...

    BalasHapus
  2. Wah...saya sekeluarga jg pgn berlibur k pulau seribu,cm msh blm tahu medan nih...lwt tulisan ini plg tidak saya ada gambaran buat ke sananya kudu jam brp2 dr rumah...
    Di tunggu post bagian 2-nya ya mbak siska😄

    BalasHapus